signifikansi proses berkarya di dalam pendidikan

Posting ini saya adaptasi dari sebuah posting di blognya semipalar, bagian dari rangkaian [serial kenapa] – tulisan-tulisan pendek untuk mencoba menjelaskan hal-hal yang kami munculkan sebagai program pembelajaran di Rumah Belajar Semi Palar.

Mungkin salah satu yang membedakan RBSP dengan sekolah-sekolah lain adalah upaya kami untuk memunculkan kegiatan berkarya secara intensif di kelas. Dan ini kami coba terus dorong pemunculannya sejak anak masuk di jenjang PG hingga sekarang di kelas 6. Bukan hal yang mudah, karena ada tarik-menarik kepentingan dan bagaimana mengalokasikan waktu untuk berkarya – dengan tingkat pengolahan yang lebih tinggi – dengan materi pembelajaran (kurikulum akademis) yang juga semakin kompleks memasuki jenjang SD Besar.

Berkarya, akan terus menjadi bagian penting dari konsep pembelajaran di Semi Palar. Untuk menemukan dirinya, anak-anak harus punya peluang untuk terus memunculkan diri dan kemudian merefleksikan dirinya. Memunculkan diri bukan sekedar untuk menjawab pertanyaan orang lain (guru) tapi mengungkapkan diri setelah mengalami proses pembelajaran yang dilaluinya.

Gedung Indonesia Menggugat | 8 Juli 2011

Berkarya, berkreasi, mencipta adalah salah satu sifat dasar manusia (selain bahwa manusia adalah mahluk sosial, mahluk bermain – Homo Ludens, dll.) Kalau ingat ungkapan ‘there’s nothing new under the sun’, segala sesuatu di muka bumi ini tidak ada hal baru, yang ada adalah benda-benda lama yang diolah dan dimunculkan dalam bentuk-bentuk baru. Singkat kata, segala hal yang sekarang ada di sekitar kita adalah olahan kreativitas semata. Melalui salah satu paparannya, mas Wendo (Arswendo Atmowiloto) dalam sebuah forum di bulan Juli yang lalu, beliau menggaris-bawahi pentingnya hal ini. Beliau juga bilang :”Dunia itu isinya hanya Kreativitas semata”. Juga bahwa untuk menghadapi masa depan, anak-anak perlu mampu membaca perubahan, mengantisipasi perubahan dan meresponnya melalui ekspresi individu yang genuine.

Sangat menggembirakan untuk menyaksikan teman-teman Semi Palar di kelompok Bima (SD-5) berhasil meluncurkan buku novel karya mereka : ‘Hari yang Aneh’. Mudah-mudahan ini membuktikan bahwa berkarya bukan sesuatu yang sulit buat mereka. Harapannya mereka terus menelorkan karya-karya baru di dalam proses belajar mereka selanjutnya.

Sistem Pendidikan di Indonesia, hampir-hampir tidak memperhatikan hal ini. Anak-anak dibombardir dengan materi2 yang sudah jadi, sudah final, sudah terdefinisi, terangkum dalam buku2 paket pelajaran. Dunia dan alam semesta yang begitu luas dan penuh keajaiban dimampatkan ke dalam teks-teks buku pelajaran dan di dalam ruang kelas, anak-anak diharuskan menelannya, dan mengeluarkannya kembali melalui berbagai bentuk ulangan dan test-test tertulis.

Lalu bagaimana hubungannya dengan berkarya? Berkarya adalah persoalan ekspresi diri, memunculkan apa yang kita ketahui, kita pikirkan, kita rasakan, kita imajinasikan. Proses berkarya hanya bisa berjalan optimal saat berkarya menjadi bagian dari pengalaman. Sebaliknya test dan ulangan adalah bentuk ujian; menguji apakah anak tahu ini atau tahu itu, melalui bentuk-bentuk pertanyaan dan soal. Berlawanan dari berkarya, ulangan dan test arahnya dari luar, dari para guru kepada para murid. Menguji sejauh mana anak-anak ingat pengetahuan yang sudah ditanamkan. Pengalaman tentunya merupakan hal yang sangat berbeda dari pengetahuan.

Berkarya adalah juga karakter dasar untuk membangun jiwa wiraswasta. Para entrepreneur mutlak memiliki kemampuan berimajinasi, berinovasi dan berkreasi. Menciptakan pekerjaan daripada mencari pekerjaan. Menciptakan produk daripada sekedar memproduksinya… Contoh paling dekat mengenai hal ini adalah tokoh luar biasa yang baru saja meninggalkan kita, Steve Jobs.

Sistem Pendidikan kita tidak menuju ke sana. Perhatikan spanduk-spanduk institusi pendidikan kita yang sangat gandrung berslogan ‘Lulus Kuliah Siap Kerja’. Bagaimana kita memunculkan SJ-SJ lain, satu-satunya cara adalah dengan membiasakan anak-anak berkarya dan berkreasi… berkarya dan berkreasi… sampai berkarya menjadi bagian dari diri mereka…

Leave a comment