pukul 20.30 kutersadar…
atas suara kukuk jam dinding di rumahku.
bergegas ku berdiri sambil berujar pendek “Switch off!” mengingatkan…
kusiapkan dua batang lilin kemudian kunyalakan keduanya.
lalu beranjaklah aku mematikan saklar utama PLN di dinding luar rumahku.
duduklah aku dan kedua anakku dalam gelap ditemani pendar cahaya dua lilin kecil… hanya dua lilin kecil…
kami tidak bicara hanya duduk menemani lilin lilin kecil itu… sementara malam semakin temaram…
tapi kami merasa tidak sendiri. di luar sana di seluruh penjuru dunia… di mana mana banyak orang melakukan hal yang sama.
malam ini, saat ini, banyak umat manusia bersepakat memberikan bumi kesempatan untuk berdiam dalam gelap, bernafas dalam senyap… walau hanya untuk tiga ratus enam puluh ketukan detik saja…
dalam hening dan temaram, umat manusia yang melakukannya bisa mengingat tempat dirinya berpijak, menyadari ruang hidupnya bergerak… di atas planet kecil ini… di planet bumi…
setitik biru pucat di tengah jembarnya alam semesta… di mana Sang Kuasa mengijinkan terwujudnya kehidupan… berlangsungnya sejarah kemanusiaan…
memang manusia perlu jeda, perlu kegelapan, perlu keheningan… untuk lebih ingat siapa dirinya, betapa besar karuniaNya atas hidup manusia yang diijinkanNya…
pendar dua lilin kecil menemani dalam hening saat kata-kata ini dituliskan… semoga setidaknya aku… tidak mudah lupa atas luapan berkahNya saat lilin-lilin ini padam, lampu kembali menyala dan kehidupan berjalan seperti sediakala…
semoga…
Earth Hour 2016, pukul 21.17