Masyarakat modern sekarang ini sudah sangat beralih dari pola hidup memproduksi ke pola mengkonsumsi. Sekarang hampir semua kebutuhan hidup kita beli, nyaris tidak ada lagi yang kita buat / hasilkan sendiri. Hal-hal yang hand-made atau homemade jadi hal-hal yang langka. Sesuatu yang tidak banyak lagi kita lihat. Kalau kita ingat, nenek, atau mungkin ibu kita dulu memasak sendiri makanan kita sehari-hari. Saat ini, bahkan ‘masakan rumah’- pun dijadikan jargon untuk berjualan.
Dulu ibu kita menjahitkan baju-baju kita sehari-hari. Beliau menjahit kemeja dan baju sekolah bagi kita anak-anaknya. Waktu kemudian beranjak di mana ibu kita punya langganan tukang jahit yang bisa dipanggil ke rumah atau kepada siapa beliau menitipkan baju jahitan kita. Sekarang lemari baju kita dipenuhi baju-baju yang kita beli di toko, di department store FO ataupun kalaupun lebih keren lagi di Distro dan di butik-butik. Sudah tidak ada lagi baju kita yang tanpa label merek. (Hampir) semua kita dapatkan dengan membeli.
Lalu apa maksud tulisan ini? Tulisan ini bukan bertujuan romantisme, tapi lebih jauh mengajak kita sadar bagaimana pola konsumerisme ini berdampak ke alam lingkungan kita. Segala sesuatu yang kita beli pasti membawa bersamanya sampah. Membeli tahu isi dan cireng-pun pasti menggunakan kemasan. Pedagang pasti menyiapkan kantong kertas dan setidaknya kresek kecil untuk para pembeli. Sementara bendanya kita manfaatkan, kemasan / atau bungkus hampir tidak kita gunakan dan akhirnya kita buang ke tempat sampah dan akhirnya ke timbunan sampah raksasa di suatu tempat di atas muka bumi ini… tempat tinggal kita dan lain2 penghuninya. Tidak ada sebetulnya yang namanya membuang sampah (getting rid of), karena kita hanya memindahkan sampah, mengalihkannya dari dekat tempat tinggal kita, ke suatu tempat.
Beberapa waktu lalu di Jakarta, di sebuah acara kumpul keluarga, tersaji hidangan Nasi Begana dan Nasi Langgi yang dibungkus daun pisang. Lama sekali saya sudah tidak menjumpainya. Senang sekali saat melihat bahwa tidak ada kemasan styrofoam atau kardus sekalipun yang digunakan. Artinya, setelah makan, kita tidak lagi membebani lingkungan kita dengan bahan-bahan yang tidak terurai seperti plastik atau styrofoam.
Apa yang dari alam (organik) akan betul-betul kembali ke alam – akan terurai dan kembali menjadi bagian dari siklus alamiah kehidupan di muka bumi ini.