Hmm, semua memang diciptakan berpasang-pasangan… siang dan malam, panas dan dingin, kebaikan dan keburukan, laki-laki dan perempuan, kehidupan dan kematian…
Dan semua itu ditempatkan dalam satu dinamika dan kompleksitas yang tidak pernah bisa ditebak – sebuah misteri, sebuah keajaiban…
Malam kemarin, kabar duka dari seorang kakak Smipa yang melahirkan putrinya – dan tak dinyana ada satu hal yang tak diharapkan – ada kelainan perkembangan di ginjalnya. Sebagai sebuah organ penting di dalam kompleksitas tubuh manusia, kondisi tersebut menghalangi si bayi kecil untuk bisa menyokong hidupnya.
Berita duka diterima, saya hanya bisa terdiam, tak bisa berkata, dada kembali terasa sesak. Masih ingat jelas kepergian Alwin beberapa bulan yang lalu. Kali ini seorang bayi yang belum genap waktunya di kandungan – harus dilahirkan lebih awal dan segera pergi melepaskan kehidupannya – kembali ke Sang Penciptanya. Misteri kehidupan sekaligus misteri kematian.
Sekecil itulah kita manusia, dan yang bisa dilakukan adalah bersyukur atas anugerah kehidupan – seberapapun yang boleh kita terima. Segala keputusan tentang kehidupan ada di tangan Sang Khalik, Sang Maha Pencipta.
Daun di atas saya temukan tergeletak di atas tanah – saya ambil kemarin pagi saat hendak melaksanakan Hening Pagi (waktu hening) saat sesi pelatihan bersama guru2 TK PTPN VIII di Gunung Mas, Puncak. Entah kenapa ada sesuatu yang mendorong saya memungutnya. Mungkin, warnanya yang kuning keemasan yang memanggil saya memungutnya. Saat menuliskan ini, saya jadi merenungkan bahwa bagaimanapun kematian punya keindahan tersendiri…
Bagaimanapun kehidupan jadi punya makna saat ada kematian yang akan mengakhirinya. Semua memang diciptakan berpasang-pasangan…