
Siapa yang pernah melihat gambar di atas ini? Mudah2an ada yang pernah ya… Gambar yang menarik. Saat melihat gambar tersebut, apakah sosok saya ada terwakilkan di gambar tersebut? Satu dari orang2 di dalam gambar tersebut?
Disadari atau tidak, sekitar 14 tahun yang lalu, saya mengambil keputusan besar, karena saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menginginkan perubahan. Perubahan di bidang pendidikan. Di titik tersebut, dengan segala ketidak-tahuan, kebodohan, kenekadan, saya dan beberapa teman memberanikan diri merintis sebuah sekolah. Hari ini sekolah itu dikenal sebagai Rumah Belajar Semi Palar. Dalam perjalanannya – setelah keputusan besar itu dibuat sejauh ini saya-lah yang memimpin sekolah tersebut, dengan segala pencapaian juga kegagalannya.
Tulisan ini bukan tentang saya sebagai pemimpin. Tulisan ini adalah tentang proses belajar. Mundur ke puluhan tahun ke belakang, saya adalah seorang pendiam, pemalu, penakut, introvert. Orang-orang terdekat mengenal saya seperti itu. Saya sendiri menyadari bahwa diri saya seperti itu.
Sedikit Kilas Balik
Di bangku kuliah, walaupun saya mencoba terlibat di organisasi, saya sangat tidak nyaman bicara di depan banyak orang. Saya lebih senang ikut terlibat di seksi dekorasi, menyiapkan hal-hal teknis di sebuah kegiatan – bekerja di belakang layar. Sekitar tahun 1988, ada sebuah kegiatan nasional mahasiswa arsitektur yang namanya Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia. Waktu itu diselenggarakan di Padang. Saya memberanikan diri melibatkan diri di Forum Komunikasi TKI MAI. Ruang diskusi – ruang bertukar pikiran – ruang debat. Saya tidak banyak berkontribusi, tapi saya banyak belajar dari mengamati teman-teman yang dengan percaya diri bertukar pandangan dengan teman-teman lain mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia – lawan bicara di forum-forum tersebut seputar berbagai topik yang dibicarakan. Di forum-forum itu saya terkagum-kagum atas bagaimana teman2 para juru bicara melantangkan pemikiran-pemikiran dan fasih beradu argumen terhadap lawan bicaranya.
Di titik waktu lainnya, saya sempat membantu dosen saya sebagai asisten dosen untuk praktik perangkat baru Menggambar Ilustrasi Arsitektural di jurusan Arsitektur. Di satu waktu, saya ditodong dosen saya membawakan materi ke hadapan sekelas penuh mahasiswa angkatan terbaru – karena dosen saya waktu itu berhalangan. Tidak dalam posisi menolak, dengan segala kegamangan dan keraguan saya, saya berdiri di depan kelas dan berusaha menjalankan tugas – menyampaikan materi. Setelah selesai, saya kembali ke belakang ruang kelas dengan badan saya yang basah karena keringat dingin. Dosen saya yang saat itu sudah hadir di belakang ruang kuliah, berkata kepada saya sambil tersenyum : “Andy ga biasa bicara di depan orang banyak ya; tapi terima kasih sudah menggantikan saya”…
Mungkin di titik itulah saya berhasil mengalahkan diri saya sendiri – ketakutan saya untuk berdiri di depan orang banyak dan mulai belajar menjadi pemimpin.
Semi Palar
Maju lagi sekian puluh tahun ke 2004, saat memulai Semi Palar, mau tidak mau saya menempatkan diri pada posisi memimpin. Walaupun mungkin kesadaran tersebut baru muncul belakangan. tergantung persepsi apakah pemimpin itu dipersepsikan di depan atau sebaliknya di belakang kalau harus mendorong sekian banyak warga Semi Palar dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.. Ada 220 murid, nyaris sekitar 400 rekan-rekan orangtua murid, dan sekitar 50 orang anggota tim yang sehari-hari bergerak menggulirkan konsep-konsep dan gagasan yang diterjemahkan ke dalam operasionalisasinya di Rumah Belajar ini… Sebuah situasi yang sejujurnya mengerikan buat saya.
13 tahun yang lalu, sama sekali tidak terbayangkan apa yang akan sesungguhnya dihadapi. Semangat, motivasi, idealisme sepertinya menutupi semuanya. Di tahun-tahun awal Semi Palar, salah satu rekan orangtua murid sempat bilang sama saya : “Andy, saya mah ga kebayang ngejalanin sekolah, isinya kan manusia semua, kamu mendidik manusia-manusia kecil ‘milik ‘orangtuanya manusia-manusia dewasa lewat para guru yang manusia juga, susahnya ga kebayang”…
Ya betul… persis itulah yang dihadapi, itu yang dialami. Tahun demi tahun dijalani dan berbagai tantangan dihadapi. Tidak pernah ringan, tidak pernah mudah… yang terus diyakini adalah bahwa tantangan setiap kali terasa semakin sulit. Seperti main game, setiap level semakin sulit… dengan tantangan-tantangan baru yang terus berdatangan. Yang saya pegang hanyalah komitmen untuk terus belajar – karena itulah salah satu spirit Rumah Belajar Semi Palar.
Belajar Memimpin
Belajar, seperti kata Aki Muhidin bukan proses yang sederhana. Belajar bukan hanya perkara nyaho – tapi proses panjang menuju ngajadi… tahu apa itu menjadi pemimpin bukan berarti sudah jadi pemimpin…
Nyaho can tangtu Ngarti
Aki Muhidin – guru silat Abah Iwan Abdurachman di Cianjur
Ngarti can tangtu Bisa
Bisa can tangtu Tuman
Tuman can tangtu Ngajadi
Semakin lama bergiat dan menjalankan peran sebagai pemimpin, semakin kata-kata tersebut terasa kebenarannya. Harus diakui dulu kita belajar hanya di level terdangkal, level nyaho. Tapi belum tentu kita paham ataupun bisa. Demikian juga dengan apa yang saya rasakan. Semakin lama waktu berjalan, semakin kita didorong menyadari bahwa proses belajar, pengetahuan kita belum mencapai level paham – atau mampu…
Dalam prosesnya saya mencoba cari tahu lebih jauh – belajar memahami tentang kepemimpinan. Saya menjumpai Ted Talk yang dibawakan oleh Bob Davids, yang berbicara tentang Leadership without Ego.
Kepemimpinan tanpa Ego… kenapa ini jadi sangat langka – karena ini hal tersulit yang bisa dilakukan. Bagaimana kita memimpin di depan, mengambil keputusan tanpa mementingkan diri sendiri tapi bagi kepentingan orang banyak. Bayangkan seorang nahkoda, yang harus membaca arah, menentukan tujuan dan melihat bahaya yang ada di depan, sekaligus mengenali segala sesuatu yang terjadi di kapalnya, memastikan kapal yang ditumpangi dalam kondisi baik- untuk membawa setiap penumpang selamat sampai di tujuan. Semakin memikirkan ini, semakin merefleksikan apa yang terjadi hari demi hari, semakin mengerikan – karena semakin jauh perjalanan, semakin kapal dibawa menjauh dari pelabuhan menuju ke tengah Samudera – semakin besar tantangan dan ketidak-pastian yang dihadapi.
Ted Talk berikut ini juga sama sulitnya dipahami. Peter Anderton bilang, dari sekian banyak teori yang ada tentang leadership, sebetulnya hanya ada dua prinsip kepemimpinan yang mendasar. Prinsip yang pertama : Leadership is Not About You. Kepemimpinan adalah bukan tentang diri kita – nyambung dengan apa yang disampaikan di TedTalk sebelumnya. OK, saya sepakat – karena kepemimpinan adalah tentang orang lain – tentang semua yang ada di bawah kepemimpinan kita. Kita di depan karena kita bertanggung jawab membawa semua penumpang sampai di tujuan… kita mengambil keputusan, menentukan arah untuk kepentingan semua.
Prinsip kedua bikin semakin membingungkan – prinsip ke dua adalah : Leadership is All About You… sebuah paradox. Intinya sebetulnya cukup sederhana – bahwa pemimpin harus jadi contoh… hmm, tidak membuatnya jadi sederhana bukan? Semakin dipikirkan – sejujurnya semakin mengerikan.
Bagaimanapun semua ini adalah bagian dari konsekuensi pilihan-pilihan yang sudah diambil. Saya tidak berpretensi akan menjadi pemimpin tertentu. Saya hanya berusaha menjalankan peran saya sebaik-baiknya sejauh saya bisa – dengan segala keterbatasan yang ada. Memasuki tahun ke 14 perjalanan Rumah Belajar Semi Palar, mudah-mudahan sudah cukup banyak yang dicapai. Komitmen awal mudah-mudahan tidak berubah untuk terus belajar, toh yang namanya belajar akan makan waktu sepanjang hayat.
Indikator Keberhasilan?
Sebagai penutup saya teringat kutipan di bawah ini… saya berusaha melihat keberhasilan saya sebagai pemimpin lewat apa yang bisa dilihat sehari-hari di Semi Palar. Apakah kegiatan2 bergulir, apakah kakak2 bisa menggulirkan pembelajaran – memimpin kelas. Apakah teman-teman KJ bisa menjalankan perannya memimpin kakak-kakak di jenjangnya. Apakah teman-teman Mujaer bisa mengarahkan kendaraan yang keluar masuk area parkir di Smipa, apakah urusan-urusan operasional berjalan baik untuk mendukung proses-proses di kelas… Yang ada di benak saya sehari-hari adalah itu – sesederhana itu, sekaligus serumit itu juga. Di samping itu saya juga berusaha mengamati bagaimana anak-anak yang belajar di Smipa berproses dan mengeluarkan potensi dirinya – memimpin dirinya sendiri melalui segala hal yang dilakukan – saat mengerjakan LKS, saat mengatasi konflik, saat membuat karya dan menampilkan gagasan-gagasan mereka di hadapan orang lain… Sesederhana sekaligus serumit itu…

Saya juga berusaha tidak terlalu peduli penilaian orang lain terhadap kepemimpinan saya – karena seperti para pakar di atas bilang : Leadership is Not About You. Sejauh peran saya masih dijalankan saya akan terus berusaha melakukan yang terbaik yang saya bisa – dan juga terus belajar. Sampai saatnya tiba ada yang bisa menggantikan saya memimpin Rumah Belajar Semi Palar. Cepat atau lambat, saat itu akan tiba; akan ada pemimpin lain yang menggantikan – untuk juga belajar jadi pemimpin – di Rumah Belajar Semi Palar. Mudah-mudahan dengan cara ini Semi Palar akan bisa bertahan dan berjalan terus di tahun-tahun ke depan dan bertahan menghadapi segala tantangan.
November 2018