ISA (refleksi paska)

Pagi ini aku dapat kiriman gambar di atas ini dari temanku Herman Joseph. Untaian kata karya Chairil Anwar tentang wafatnya Yesus di kayu salib…

Pagi Jum’at Agung ini aku memang tidak banyak melakukan apa-apa. Lebih banyak duduk diam, berpikir, merenung, hening…

Begitu banyak peristiwa sejak setahun terakhir yang mengingatkan diri tentang hidup, tentang kematian, tentang kegagalan, tentang harapan dan iman…

Di bukit Golgota, Isa yang disalib dan wafat dengan mahkota duri di kepalanya; masih membisikkan lirih ketakutannya, yang masih ada bahkan dalam diri seorang putra Allah…

Betapa luar biasa kehidupan dan segala misteri yang dicakupinya. Tapi toh kita hidup, ada, hadir di dalamnya. Tanpa kita minta…

Dan dalam perjalanannya, hidup ini harus kita jalani, isi, maknai…

Baik, buruk adalah bahasa manusia… Adakah itu dalam kamus Sang Pencipta? Rasanya tidak… Kebesaran Tuhan, pencipta segala semesta – yang manusia belum tau batasnya… yang baru mampu dimaknainya dengan jutaan tanda tanya, tampaknya terlalu akbar untuk sebatas baik buruknya persepsi manusia atas segala peristiwa

Hidup kemudian jadi sebuah anugerah tak terkira… saat kita bisa menghayati segala keajaibannya… dengan terus berusaha menuliskan makna lewat segala ketidak pahaman kita…

Memang… betapa tidak pahamnya manusia saat manusia memaku Yesus di kayu salib dengan gempita…

Tapi ya sampai hari ini kita hidup… Hidup adalah anugerah Sang Kuasa… Dan di dalam iman, kita mengamininya…

Jum’at Agung 19 April 2019

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s