melihat ke belakang realita

Ini cerita dari pengalaman yang sebetulnya sudah cukup lama lewat, tapi buat saya cukup berkesan. Pengalaman di sebuah hari Sabtu di akhir bulan September 2016, saya hadir memenuhi undangan teman2 KPB kelas 10 untuk ikut mengalami ujicoba-simulasi EkoWisata Kampung Sekepicung. Kegiatan ini adalah olahan teman-teman KPB kelas 10 di tahun ini setelah teman2 tahun sebelumnya memfokuskan diri untuk mengolah pertanian terpadu, beraktifitas dengan teman2 di Rumah Belajar Mentari yang juga terletak di Kampung Sekepicung dan di akhir tahun melakukan penelitian sosial di bawah bimbingan Akatiga – sebuah lembaga riset sosial di Bandung – berlokasi di sana juga. Singkat kata, dengan segala keterbukaannya, warga Kampung Sekepicung, terutama diwakili kang Lala, bu Dewi, pak RW dan warga di sana, Semi Palar telah mendapatkan tempat belajar yang luar biasa. Semacam kampus ke dua di mana segala tata kehidupan masyarakat bisa menjadi bahan olahan belajar buat teman2 Semi Palar – khususnya jenjang KPB.

Sejak awal tahun pendidikan ini berjalan, teman-teman KPB K-10 mengenal lingkungan Sekepicung dan dinamika kehidupan masyarakatnya. Seminggu sekali – setiap hari Rabu mereka pergi ke sana berinteraksi dan belajar dari situasi dan masyarakat di sana. Ada yang menarik saat mereka mendapat peluang belajar yang berbeda-beda di sana. Tahun ini KPB K-10 juga belajar pencak silat dari tokoh-tokoh Paguron di sana.

Kampung Sekepicung memang bukan tempat yang mudah ditemukan – karena saat ini kampung ini tersembunyi, terletak di belakang deretan rumah2 bagus, cafe dan hotel. Kalau kita sebut namanya: Kampung Sekepicung tidak banyak yang tahu, tapi kalau kita bilang Cafe Congo, Warung Laos, WaLe kita langsung tahu. Nah, Kampung Sekepicung, terletak di balik deretan bangunan-bangunan tersebut.

20160924_102449 Hari ini kegiatan di mulai di Rumah Baca Mentari – sebuah rumah belajar tempat anak2 Kampung Sekepicung bergiat sepulang sekolah. Rumah Mentari ini sebetulnya kediaman kang Lala dan ibu Dewi, tokoh desa tersebut yang banyak sekali mengembangkan aktivitas sosial di sana. Di Sabtu pagi tersebut hadir juga pak RW yang menyambut kami semua yang hadir di sana. Teman2 KPB – khususnya K10, yang menjadi organizer kegiatan ini, tamu-tamu undangan yaitu keluarga – khususnya orangtua murid K10. Saya di hari tersebut hadir bersama Rico sebagai undangan juga.

Saya sendiri hadir de Sekepicung baru untuk ke dua kalinya. Berjumpa dengan kang Lala baru kali ke tiga, tapi terasa betul bagaimana Kang Lala, bu Dewi dan pak RW mewakili warga di sana sangat terbuka untuk kehadiran kami semua di sana. Di luar pertemuan hari ini, anak-anak KPB hari demi hari memang belajar di sini, di Kampung Sekepicung. Merekalah yang berhasil membangun koneksi yang cuku dekat – bahkan terbilang akrab dengan warga di sana.

Setelah bincang2 pembuka – ucapan Selamat Datang dari pak RW (di foto atas mengenakan iket, berbaju polo shirt buru), kamipun di ajak berkeliling didampingi beberapa anak-muda Kampung Sekepicung anggota komunitas Passer yang didirikan oleh  warga dan dipimpin oleh kang Lala.

This slideshow requires JavaScript.

Kami berjalan turun dari Rumah Mentari sampai ke jalan raya dan menyeberang masuk area Pertanian Terpadu yang dikelola Passer – dengan melibatkan teman2 KPB. Kamipun berjalan terus melewati area perkebunan dan melihat apa yang selama ini tersembunyi – tak kasat mata. Kami berjalan melewati kolam ikan, pematang dan menyeberangi jembatan. Tanpa disadari kami merasa ada di tengah2 suasana hijau yang sangat menyegarkan. Rerumpunan pohon Bambu diterpa angin, gemericik air sungai dan suara burung berkicauan. Matahari yang terhalang awan sesekali menerobos di sela-sela dedaunan dan menyinari jalan setapak yang terus kami lalui… Menyenangkan sekali.
Pak RW berjalan di depan memimpin kami menerobos sampai ke daerah RT 5, dan tanpa disadari kami keluar di area Perumahan Resor Dago Pakar yang berbatasan langsung dengan Kampung Sekepicung.

Rute perjalanan ditutup dengan tanjakan yang lumayan sampai ke arah jalan masuk Resor Dago Pakar. Kemudian kita kembali ke Rumah Mentari di mana tuan rumah – dibantu beberapa anak dan orangtua sudah menyiapkan hidangan makan siang khas Sekepicung yang tentunya segera dinikmati dengan lahap. Sedap!

20160924_123146.jpg
Hmm, ternyata ada banyak hal yang tak terlihat di balik hal-hal yang mungkin biasa kita kenali. Ada suasana begitu asri di balik cafe-cafe dan rumah2 yang menutupi area. Ada kesimpulan menarik dari hasil riset soal teman2 KPB angkatan pertama, melihat kecenderungan warga Sekepicung sangat mudah menjual tanahnya. Pertama-tama tentunya adalah alasan ekonomi – tapi sebetulnya ada potensi besar yang bisa dimanfaatkan warga dan bisa menjadi tambahan penghasilan buat mereka. Hal ini yang ditangkap oleh teman2 KPB setelah melakukan riset di Kampung Sekepicung ini. Salah satu hal yang diajukan sebagai solusi adalah menggali dan mengembangkan potensi alam dan potensi budaya yang ada di Kampung Sekepicung ini – dan yang terpenting menjadikan potensi daerah sebagai tetap milik warga Kampung Sekepicung. Dengan demikian, masyarakat Sekepicung merasa bahwa apa yang mereka miliki saat ini bukan sekedar tanah yang bisa dijual kepada para pemilik modal, tapi bahwa kehidupan mereka di sana sendiri punya nilai besar yang perlu dipertahankan. Saat ini – saat nyaris semua hal diukur dan disetarakan dengan uang, hal-hal yang sebetulnya esensial buat kehidupan manusia juga semakin terkikis, semakin habis.

Mengeksplorasi area Kampung Sekepicung memang membuka kesadaran kita bahwa banyak hal tidak seperti apa yang tampak di permukaan. Yang kita kenal memang biasanya hanya apa yang kita lihat di lapisan terluar. Apa yang sedang diolah teman-teman KPB K-10 dengan mengembangkan kegiatan Ekowisata bersama warga Sekepicung kalau jadi terlaksana tentunya bisa membuka kesadaran lebih banyak dari kita. Mudah-mudahan.

2 thoughts on “melihat ke belakang realita

  1. Pingback: [repost] Melihat ke Belakang Realita – Catatan KPB

  2. Pingback: memetakan perjalanan ke depan | perjalanan si 'nday'

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s