bicara agama, kembali ke dasar…

  Ada isu besar di republik ini beberapa waktu terakhir – bermulai dari isu agama. Hal ini sangat menjadi pemikiran saya karena berbagai fenomena menarik yang bermunculan di banyak forum obrolan (virtual) maupun di ruang interaksi sosial di masyarakat. Yang jadi sering muncul – setidaknya bagi saya adalah kalimat “sudah lah ga usah menyinggung isu agama, soalnya sensitif”.…

melihat ke belakang realita

Ini cerita dari pengalaman yang sebetulnya sudah cukup lama lewat, tapi buat saya cukup berkesan. Pengalaman di sebuah hari Sabtu di akhir bulan September 2016, saya hadir memenuhi undangan teman2 KPB kelas 10 untuk ikut mengalami ujicoba-simulasi EkoWisata Kampung Sekepicung. Kegiatan ini adalah olahan teman-teman KPB kelas 10 di tahun ini setelah teman2 tahun sebelumnya memfokuskan diri…

Sasikirana : menyaksikan tubuh-tubuh yang bergerak

Beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri hadir di satu pertunjukkan seni. Sebuah peristiwa kebudayaan yang digelar di Nu’Art Sculpture Park– Ruang Seni milik seniman Nyoman Nuarta. Beliau ini yang terus berproses membangun Garuda Wisnu Kencana di Bali. Seperti halnya teater, dulu dunia kesenian bukan dunia yang akrab buat saya – khususnya seni olah tubuh. Sejak sekitar 16…

antara berkeyakinan dan keberserahan

Ini adalah salah satu pertanyaan saya yang terbesar terkait usaha memaknai hidup dan kehidupan – sehubungan perjalanan hidup yang rasanya sudah cukup panjang… Antara berkeyakinan dan ke-berserah-an… Ada dua konsep yang diyakini tapi kok juga dirasa sangat bertentangan. Sederhananya begini, ada yang bilang hidup itu sudah digariskan – tinggal menjalani saja, bahwa Iman, kepasrahan, keberserahan adalah sesuatu…

memahami kembali literasi

nyaho can tangtu ngarti, ngarti can tangtu bisa, bisa can tangtu tuman, tuman can tangtu ngajadi ~ aki Mudihin* Bener banget apa yang diungkap Aki Muhidin di atas ini. Dulu merasa sudah tahu tentang literasi, ternyata belum paham… karena belum paham ya belum tentu juga bisa… Boro-boro tuman atawa ngajadi… Menelusuri sesuatu memang perlu waktu panjang…

dibalik dua reuni

Di bulan September 2016 ini, kegiatan saya terisi oleh jadwal dua reuni besar. Yang pertama pada tanggal 3 dan 4 September, angkatan 86 Jurusan Arsitektur Unpar – yang memanggil diri sebagai 86ers, kumpul di Lagenta Lembang untuk mengenang kembali dan kumpul bersama teman2 yang dulu ‘berjuang bersama’ sewaktu kuliah di jurusan Arsitektur Unpar. Di minggu…

spiritualitas ‘jengkol’

  Selepas kegiatan Slametan Cinta Bumiku, Cinta Negeriku di Cibodas, 17 Agustus lalu, ada dinamika relasi antar orangtua yang baru. Entah bagaimana menjelaskannya, yang jelas sangat menyenangkan, cair, lebur… ada kedekatan baru yang muncul. Dari mana asalnya juga tidak mudah menemukan penyebabnya. Yang jelas kami semua di Semi Palar perlu perjalanan panjang, 11 tahun untuk sampai…

pedagang lumpia basah – paradigma kemajuan

  Kisah di bawah ini adalah kisah (contoh sederhana) tentang apa yang  kita sebut kemajuan atau progress. Sesuatu yang terus kita tuju, karena sepertinya itulah kisah sukses peradaban manusia. Semua harus berujung pada yang disebut kemajuan, perkembangan… Kisah ini dimulai dari pedagang Lumpia Basah yang sering berjualan di depan rumah kami. Rasanya enak, apalagi sore…

Renungan Kemerdekaan [M. Natsir]

​*RENUNGAN KEMERDEKAAN* *Mohammad Natsir* Pada 17 Agustus 1951, hanya 6 tahun setelah kemerdekaan, Mohammad Natsir – Pahlawan Nasional dan Pendiri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia — menulis sebuah artikel berjudul *“Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut.”*  Melalui artikelnya ini, Natsir menggambarkan betapa jauhnya kondisi manusia Indonesia pasca kemerdekaan dengan pra-kemerdekaan. “Dahulu, mereka girang gembira,…